Kumpulan Kisah Orang Cacat Menjadi Sukses
1. Jessica Cox (Pilot
Pertama yang Tidak Mempunyai Tangan) Jessica Cox menderita cacat dan lahir
tanpa lengan. Tak satu pun dari tes kehamilan ibunya menunjukkan ada sesuatu
yang salah dengan dirinya. Namun ia lahir dengan penyakit bawaan langka, tetapi
juga dengan semangat yang besar. Lulusan psikologi, bisa menulis, mengetik,
mengemudi mobil, menyisir rambutnya dan berbi...cara di telepon hanya dengan
menggunakan kakinya. Ms Cox, dari Tucson, Arizona, Amerika Serikat, juga
merupakan mantan penari dan bersabuk hitam ganda Tai Kwon-Do. Dia memiliki
unlimited SIM, dia menerbangkan pesawat dan dia dapat mengetik 25 kata per
menit. Pesawat terbang dia disebut Ercoupe dan merupakan salah satu dari
beberapa pesawat yang akan dibuat dan disertifikasi tanpa pedal. Tanpa pedal
kemudi Jessica bebas untuk menggunakan kakinya sebagai tangan. Butuh waktu tiga
tahun, untuk menyelesaikan lisensi pesawat ringan nya. Dia memiliki tiga
instruktur terbang dan berlatih 89 jam terbang, menjadi pilot pertama tanpa
lengan.
2.Bob Willen : Kisah Penyandang Cacat Yang Pantang Menyerah
Lomba marathon internasional 1986 di New York diikuti ribuan pelari dari seluruh dunia. Lomba ini berjarak 42 km. mengelilingi kota New York. Jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan acara ini melalui televisi secara langsung.
Ada
satu orang peserta yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu Bob
Willen. Bob seorang veteran perang Vietnam. Ia kehilangan kedua kakinya karena
terkena ranjau saat perang. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya
untuk melemparkan badannya kedepan.
Lomba
pun dimulai. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah
mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton terus bertepuk tangan
mendukung para pelari. 5 km telah berlalu. Beberapa peserta mulai kelelahan,
mulai berjalan kaki. 10 km berlalu. Saat ini mulai nampak siapa yang
mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang hanya sekedar ikut untuk
iseng-2. Beberapa yang kelelahan memutuskan untuk berhenti dan naik ke bis
panitia.
Sementara
hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10, Bob Willen
masih berada di urutan paling belakang, baru saja menyelesaikan kilometernya
yang pertama. Bob berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah
koyak, menggantinya dengan yang baru, dan kemudian kembali berlari dengan
melempar-lemparkan tubuhnya kedepan dengan kedua tangannya.
Ayah
Bob yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru “Ayo
Bob! Ayo Bob ! Berlarilah terus”. Karena keterbatasan fisiknya, Bob hanya mampu
berlari sejauh 10 km dalam satu hari. Di malam hari, Bob tidur di dalam
sleeping bag yang telah disiapkan oleh panitia yang mengikutinya.
Empat
hari telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal dua
kilometer lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya tinggal 100 meter
lagi dari garis finish, Bob jatuh terguling. Kekuatannya mulai habis. Bob
perlahan-2 bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Nampak di sana tangan
Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya, dan
mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah, bukan karena luka di tangannya saja,
namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya.
Sejenak
Bob memejamkan mata. Dan di tengah2 gemuruh suara penonton yang mendukungnya,
samar-samar Bob dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak “Ayo Bob, bangkit
! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkan badanmu.
Lihatlah ke depan, garis finish telah di depan mata. Cepat bangun ! Jangan
menyerah! Cepat bangkit !!!”
Perlahan
Bob mulai membuka matanya kembali. Garis finish sudah dekat. Semangat membara
lagi di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob melompat- lompat ke depan.
Dan satu lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis finish.
Saat itu meledaklah gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob
bukan saja telah menyelesaikan perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness
Book of Record sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan
lari marathon.
Di
hadapan puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata “SAYA BUKAN ORANG HEBAT.
ANDA TAHU SAYA TDAK PUNYA KAKI LAGI. SAYA HANYA MENYELESAIKAN APA YANG TELAH
SAYA MULAI. SAYA HANYA MENCAPAI APA YANG TELAH SAYA INGINKAN. KEBAHAGIAAN SAYA
DAPATKAN ADALAH DARI PROSES UNTUK MENDAPATKANNYA. SELAMA LOMBA, FISIK SAYA
MENURUN DRASTIS. TANGAN SAYA SUDAH HANCUR BERDARAH-DARAH. TAPI RASA SAKIT DI
HATI SAYA TERJADI BUKAN KARENA LUKA ITU, TAPI KETIKA SAYA MEMALINGKAN WAJAH
SAYA DARI GARIS FINISH. JADI SAYA KEMBALI FOKUS UNTUK MENATAP GOAL SAYA. SAYA
RASA TIDAK ADA ORANG YANG AKAN GAGAL DALAM LARI MARATHON INI. TIDAK MASALAH
ANDA AKAN MENCAPAINYA DALAM BERAPA LAMA, ASAL ANDA TERUS BERLARI. ANDA DISEBUT
GAGAL BILA ANDA BERHENTI. JADI, JANGANLAH BERHENTI SEBELUM TUJUAN ANDA TELAH TERCAPAI”.
3. Gol A Gong
Kehidupan pribadiHeri Hendrayana Harris atau lebih dikenal dengan
nama pena Gol A Gong (lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 15 Agustus 1963; umur 50 tahun) adalah
sastrawan berkebangsaan Indonesia. Ia adalah pendiri Rumah Dunia di Serang,
Banten. Saat ini Gol A Gong menjabat sebagai Ketua Umum Forum Taman Bacaan
Masyarakat (FTBM) Indonesia. Tulisan-tulisannya telah
dimuat di berbagai media massa dan terbit berupa buku.
Gol A Gong adalah nama pena dari Heri
Hendrayana Harris. Ia lahir dari seorang ayah bernama Harris dan Ibu bernama
Atisah. Pada 1965 ia bersama dengan orangtuanya meninggalkan kampung halamannya
Purwakarta menuju ke Serang, Banten. Bapaknya adalah guru olahraga sedangkan
ibunya seorang guru di sekolah keterampilan putri, Serang. Mereka tinggal di
sebuah rumah di dekat alun-alun Serang. Sekarang, nama samarannya dikembalikan
ke penulisan pertama yaitu Gol A Gong. Nama Gol itu diberikan oleh ayahnya
sebagai ungkapan syukur atas karyanya yang diterima penerbit. Serta Gong
merupakan harapan dari ibunya agar tulisannya dapat menggema seperti bunyi alat
musik gong. Sedangkan A diartikan sebagai "semua berasal dari Tuhan".
Maka, nama Gol A Gong dimaknai sebagai "kesuksesan itu semua berasal dari
Tuhan".
Pada umur 11 tahun Gol A Gong (dulu ditulis
Gola Gong) kehilangan tangan kirinya. Itu terjadi saat dia dan teman-temannya
bermain di dekat alun-alun Kota Serang. Saat itu sedang ada tentara latihan
terjun payung. Kepada kawan-kawannya dia menantang untuk adu keberanian seperti
seorang penerjun payung. Uji nyali itu dilakukan dengan cara loncat dari pohon
di pinggir alun-alun. Siapa yang berani meloncat paling tinggi, dialah yang
berhak menjadi pemimpin di antara mereka. Kecelakaan yang menyebabkan tangan
kirinya harus diamputasi itu tidak membuatnya sedih. Bapaknya menegaskan
kepadanya: "Kamu harus banyak membaca dan kamu akan menjadi seseorang dan
lupa bahwa diri kamu itu cacat".
Pada umur 33 tahun, dia menikahi Tias
Tatanka, gadis asal Solo. Dari pernikahan ini mereka memiliki anak; Nabila
Nurkhalisah (Bela), Gabriel Firmansyah (Abi), Jordi Alghifari (Odi), dan
Natasha Azka Nursyamsa (Kaka). Bela yang saat ini kelas 2 di SMP Peradaban
Serang (2012) meneruskan kiprah Ayahnya. Novelnya yang tergabung dalam KKPK
(kecil-kecil punya karya) Dar!Mizan laris manis di pasaran. Sementara Abi, di Kelas
1 SMP Al Mahah Al Ain, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab,
sangat menyukai gambar sehingga kerap menjadi desain grafis sampul buku
anak-anak di Rumah Dunia, sanggar yang didirikan Gol A Gong.
Kegiatan-kegiatan Gempa Literasi yang diusung
oleh Gola Gong meliputi
·
Orasi literasi
·
Pelatihan
·
Hibah buku
·
Aneka lomba literasi
·
Penerbitan
·
Bedah/peluncuran buku
·
Bazar buku murah
·
Pertunjukkan seni
Impiannya sejak remaja untuk memiliki
gelanggang remaja terwujud dengan didirikannya komunitas kesenian Rumah Dunia
pada tahun 1998. Sejak tahun 2000, Komunitas ini berada di atas tanah 1000 m2
di belakang rumahnya di Komplek Hegar Alam, Ciloang Serang, Banten. Komunitas semacam ini
adalah impiannya beserta temannya Toto ST Radik,
dan (alm) Rys Revolta. Pada tahun 2008, Gol A Gong mengajak orang-orang di
seluruh dunia yang peduli literasi untuk membebaskan lahan seluas 3000 m2. Kini
pada 2012, lahan itu berhasil dibebaskan dan di atasnya Gelanggang Remaja Rumah
Dunia megah berdiri.
4. Kisah Hidup Hellen Keller
Hellen
Adam Keller lahir sebagai anak yang sehat di Tuscumbia,Alabama, Amerika serikat
pada 27 Juni 1880 disuatu tempat yang dikenal dengan nama “Ivy Green”. Dari
ayahnya, ia merupakan keturunan Alexander Spottswood seorang gubernur colonial
dari Virginia yang juga memiliki hubungan dengan keluarg-keluarga pahlawan
Utara Amerika. Dari ibunya, ia memiliki hubungan darah dengan keluarga-keluarga
new England termasuk Hales, Everetts dan Adamses. Ayahnya bernama Kapten Arthur
Keller, seorang editor surat kabar North Alabamian. Kapten Arthur Keller juga
memiliki ketertarikan yang kuat kepada kehidupan public dan merupakan orang
yang berpengaruh dilingkungannya. Pada tahun 1885 dibawah administrasi
Cleveland, ia diangkat menjadi Marshal untuk Alabama Utara.
Penyakit yang menimpa Helen
keller pada saat berumur 19 bulan membuat ia menderita tuli dan buta sebelum ia
mengetahui cara membaca dan menulis. Pada saat itu ia diduga mengidap demam
otak dan mungkin saja sekarang lebih tepatnya dikenal dengan nama demam
scarlet. Karena penyakitnya sejalan bersama pertumbuhannya, ia menjadi anak
yang liar dan tidak patuh serta tidak mengenal dengan jelas dunia yang ada
disekelilingnya.
Kehidupan Helen keller yang
baru dimulai pada Maret 1887 ketika ia berumur kurang lebih 7 tahun. Hari itu
merupakan hari yang paling penting yang selalu ia ingat dalam hidupnya, ia
kedatangan seorang perempuan Anne Mansfield Sulivan dari Tuscumbia yang menjadi
gurunya. Nona Sulivan, merupakan perempuan berumur 20-an lulusan Sekolah khusus
orang buta bernama Perkin School. Ia merupakan orang yang mendapatkan
penglihatannya kembali melalui serangkaian operasi. Ia datang atas unjuran
simpatik Alexander Graham Bell yang merupakan kenalan keluarga Anne. Semenjak
hari itu, edua orang tersebut, menjadi guru-murid yang tak terpisahkan hingga
kematiannya pada awal 1936.
Nona Sullivan memulai
tugasnya untuk mengubah anak yang tidak terkontrol menjadi sosok yang sukses
dengan memberikan boneka yang merupakan buatan anak-anak dari sekolah Perkin
(sekolah khusus orang cacat yang kemudian dibuat khusus untuk Helen). Dengan
mengejakan d-o-l-l (boneka) melalui tangan , ia berharap dapat menghubungkan
objek dengan huruf. Helen ternyata belajar dengan cepat dengan metode yang
tepat pula, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengucapkan kata-kata.
Selama beberapa hari, ia banyak belajar mengeja kata-kata baru namun dengan
cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Suatu hari ia dan
“guru”-panggilan Helen untuk Sullivan- pergi ke tempat sumur pompa terbuka.
Nona Sullivan mulai memompakan air dan menaruh tangan Helen dibawah keran air
tersebut. Begitu air menyentuh tangan Helen, ia mencoba untuk mengeja secara
perlahan kata ‘w-a-t-e-r (air) melalui tangan helen yang satunya kemudian
semakin cepat. Tiba-tiba, sinyal itu dapat dimengerti oleh pikiran Helen. Ia
akhirnya tahu bahwa water (air) adalah zat dingin luar biasa yang mengalir
ditangannya. Setelah ia mengerti, ia berhenti dan menyentuh tanah dan
menanyakan ejaan untuknya. Pada saat malam tiba, ia sudah mempelajari 30
kata-kata baru.
Sewaktu ia mengecap
pendidikan, ia belajar menguasai alphabet dengan cepat, baik manual maupun
huruf timbul khusus bagi orang buta serta meningkatkan kemampuan membaca dan
menulis. Di tahun 1890, ketika umurnya masih 10 tahun, ia mencoba untuk belajar
berbicara. Entah bagaimana ia mengetahui bahwa seorang gadis buta tuli di
Norway sudah dapat berbicara dengan baik. Nona Sarah Fuller di Horace Mann
School merupakan orang pertama yang menjadi guru vokal untuknya.
Sejak ia masih kecil, ia
selalu berkata suatu hari saya akan masuk perguruan tinggi dan akhirnya ia
membuktikannya. Pada tahun 1898, ia berhasil masuk ke Cambrige school for young
ladies sebelum akhirnya ia masuk ke Radcliffe College pada musin gugur 1900 dan
menamatkan sekolahnya pada tahun 1904 dengan prestasi Cumlaude. Selama
tahun-tahun berikutnya sampai ia meninggal di tahun 1936, Anne Sullivan selalu
berada disampingnya, terus menerus mengeja buku demi buku, ceramah demi ceramah
melalui tangan Helen.
Pendidikan formalnya
berakhir sewaktu ia menerima gelar Sarjana Muda, namun selama hidupnya ia
selalu belajar secara informal hal-hal yang penting bagi masyarakat moderen.
Dengan pengetahuannya yang luas serta banyaknya pencapaian dibidang pendidikan,
ia dianugerahkan gelar doktor kehormatan dari temple university dan harvard
university seta dari universitas Glasgow di Skotlandia; Berlin, Jerman; Delhi,
India; dan Witwatersran di Johannesburg Afrika Selatan. Ia juga merupakan
peserta kehormatan untuk education institute di Scotland.
Pada tahun 1905, Anne
Sullivan menikah dengan John Macy,seorang kritikus dan sosialis terkemuka.
Pernikahan tersebut tidak merubah hubungan guru dan murid tersebut. Helen
akhirnya tinggal bersama Anne dan suaminya. Keduanya terus memberikan waktu
untuk pendidikan dan aktifitas Helen. Selama masih berstatus murid di
Radcliffe, Helen memulai karir menulis yang kemudian ditekuninya selama hampir
50 tahun. Pada tahun 1903, The story of My Llife (kisah hidupku) muncul dalam
bentuk cerita bersambung di Ladies Home Journal dan kemudian muncul dalam
bentuk buku. Merupakan karya yang paling populer dan telah diterjemahkan ke
dalam 50 bahasa termasuk Marathi, Pusthu, Tagalog dan Vedu. Juga dibuat dalam
bentuk edisi buku tipis di Amerika Serikat. Publikasinya yang lain adalah :
Optimis; An Essay; The World I Live In; The song of the stone wall; Out of the
Dark; My Religion; Midstream- my later life; Peace at eventide; Helen Keller in
Scotland; Helen Keller Journal; Let us have faith; Teacher, Anne Sullivan Macy
dan the open door.
Helen Keller adalah wanita
tegar yang menjadi inspirasi bagi Dunia, dan ia di kenal sebagai pejuang
hak-hak wanita, pembela orang cacat serta pengarang produktif dan sukses.
Helen Keller bisa membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak bisa
mengekang manusia untuk sukses, selama ada keyakinan diri, kerja keras dan
semangat.
Nes,
bagaimana sih asal-usul lagu Fur Elise dan Kisah Hidup Van Beethoven?
Gaby
Larisa
Walaupun menderita tuna rungu, karyanya tetap luar biasa. Foto:
madnessofart
Musisi luar biasa, Ludwig van Beethoven
dilahirkan tahun 1770 di kota Bonn, Jerman. Dari kecil sudah terlihat jelas
bakat musiknya yang cemerlang. Kemampuan Beethoven juga tercermin dari buku
musik ciptaannya yang muncul pertama kali tahun 1783.
Beethoven belajar banyak dari musisi terkenal
seperti Mozart. Pertemuannya dengan Mozart terjadi saat Beethoven memasuki usia
remaja. Namun itu pun hanya berlangsung singkat.
Tahun 1792 Beethoven kembali ke Wina dan
sempat merasakan belajar musik dengan Haydn yang kala itu pencipta musik Wina
kesohor.
Beethoven memutuskan untuk menetap di Wina.
Saat itu Wina memang dikenal sebagai kota yang sering menghasilkan musisi
handal.
Rasa musik Beethoven yang tinggi sebagai
pemain piano sangat mengesankan orang yang mendengar. Dia berhasil baik selaku
pemain maupun guru. Kemampuan dalam bermusik terus mendorongnya untuk
menciptakan musik.
Tidak berhenti sampai di sana, memasuki umur
pertengahan dua puluhan ke atas, dia sudah mampu menerbitkan dan menjual buku
ciptaan musiknya tanpa kesulitan apa pun.
Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan,
tanda-tanda ia bermasalah dengan pendengaran mulai tampak. Tentu saja gejala
ini sangat merisaukan si komponis muda. Tuli bagi seorang pencipta musik
betul-betul suatu malapetaka. Sampai suatu ketika Beethoven ingin bunuh diri.
Untungnya, peristiwa itu tidak terjadi.
Beethoven juga sempat belajar dengan Mozart, loh! Foto:
contentserve
Tahun-tahun antara 1802-1815 sering dianggap
masa pertengahan karier Beethoven. Di tahun-tahun itu, Beethoven harus
beristirahat karena penyakitnya semakin parah. Ia bahkan kesulitan untuk
mendengar.
Kepercayaan diri Beethoven mulai menurun. Ia
takut bertemu dengan orang dan benar-benar menjadi seorang yang tuna rungu.
Tidak pernah lagi bergaul dengan masyarakat.
Walaupun begitu, Beethoven tetap berusaha
menciptakan karya-karya yang hebat.
Karya musik Beethoven terus berkembang. Waktu
terus berjalan namun perhatian yang diterimanya makin lama makin berkurang.
Seharusnya, ia menjadi komponis yang pupuler. Namun yang dikenal hanya karyanya
yang terus menuju kesuksesan.
Di usia empat puluhan Beethoven, pendengaran
Beethoven sama sekali tidak berfungsi. Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di
muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan
semakin sulit dipahami.
Sejak itu dia menciptakan musik tapi hanya
untuk dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia
pernah mengatakan kepada seorang kritikus musik, “Ciptaanku ini bukanlah
untukmu tetapi untuk masa sesudahmu.”
Beethoven dianggap menghasilkan ciptaan yang
tidak sekedar sama dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan hasil karya
terbesarnya. Di tahun 1827, dia meninggal dunia di Wina pada usia lima puluh
tujuh tahun.
Semasa hidupnya Beethoven telah menghasilkan 9
simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola,
serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan
banyak lagi. Tetapi, yang lebih penting dari jumlah ciptaannya adalah segi
kualitasnya.
Karyanya merupakan kombinasi luar biasa dari
perasaan yang mendalam. Beethoven memperagakan bahwa musik instrumental tak
bisa lagi dianggap hanya memiliki nilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari
komposisi yang disusunnya yang telah mengangkat musik instrumental itu ke
tingkat nilai seni yang amat tinggi.
Misteri
Lagu Fur Elise
Salah satu mahakarya Beethoven yang terkenal
berjudul Fur Elise. Judul ini merupakan bahasa Jerman yang artinya “Untuk
Elise”. Sebenarnya, lagu ini adalah nama yang populer untuk “Bagatelle in A
minor”, sebuah musik piano solo karya Ludwig van Beethoven yang ditulis sekitar
tahun 1810.
Ada yang bisa memainkan lagu Fur Elise? Foto: mcpiano
Para peneliti Beethoven tidak tahu siapa
sebenarnya Elise yang dimaksud. Ada sebuah teori yang terkenal mengatakan bahwa
pada mulanya karya tersebut berjudul “Für Therese”.
Therese yang dimaksud adalah Therese Malfatti
von Rohrenbach zu Dezza (1792-1851), wanita yang ingin dinikahi Beethoven tahun
1810. Sayangnya, ia menikahi pria lain sebelum Beethoven menyatakan perasaan
cinta kepadanya.
Therese adalah puteri dari saudagar dari Wina,
Jacob Malfatti von Rohrenbach (1769-1829). Ketika karya tersebut dipublikasikan
tahun 1865, penemunya, Ludwig Nohl, salah menyalin judulnya sehingga menjadi
“Für Elise” dan autographnya pun hilang.
Melodi Für Elise yang
terkenal menjadi petunjuk inisial wanita yang dicintai Beethoven. Melodinya
dimulai dengan nada E – D# – E, atau enharmoninya E – E? – E. Nah, melodi itu
dalam bahasa Jerman sama dengan E – Es – E, huruf yang menjadi nada lagu dari
nama ThErESE atau bahkan EliSE. (Kidnesia/berbagaisumber).
6. Kyle Maynard adalah seorang pemuda yang unik dan seperti pelatih gulat
SMA nya katakan, "Kyle adalah salah satu atlet yang paling menakjubkan
yang pernah hidup..."
Kyle dilahirkan dengan kondisi yang tidak sempurna. Ia terlahir dengan lengan yg hanya sebatas siku dan kaki yang berakhir di dekat lututnya.
Cerita ini berawal ketika Kyle berusia 12 tahun, ia ingin berlatih gulat dan ia bertemu pelatih yang memberinya kesempatan untuk mencoba.
Setelah kehilangan pertandingan di tahun pertama dan hampir semua pertandingan di tahun keduanya, dengan segala keinginan dan dibantu seorang pelatih yang berhati emas, Kyle menjadi pegulat universitas yang sangat sukses di salah satu tim gulat terbaik di Tenggara. Di season gulat ke 7 dan terakhir, Kyle membuat garis universitas untuk pertama kalinya dan menyelesaikan musim dengan 36 menang dan 18 kalah.
Pada tahun 2004, Kyle mendapat ESPY Award (Best Athlete with a Disability). Ia juga menerima Presidents Award for the Sports Humanitarian Hall of Fame pada tahun yg sama. Sebuah kutipan dari website Hall of Fame:
"This year's winner is Kyle Maynard, a champion wrestler who is physically challenged with loss of limbs. An incredible story of triumph!"
smacahayamedan.blogspot.com |
selain dalam bidang gulat, ia juga mempunyai kemampuan lainnya. Dengan menggunakan dua siku ia dapat mengetik sampai lima puluh kata per menit, makan dan menulis tanpa adaptasi, dan mengendarai kendaraan yang hanya memiliki sedikit modifikasi.
Kyle mulai berlatih beban sebagai seorang pemula, dengan strap kulit dan rantai yang melekat pada lengannya dia dapat mengangkat hampir 400 lbs.
Pada November 2003, ia mencapai gelar tidak resmi sebagai the Worlds Strongest Teen pada GNC Show-of-Strength dengan melakukan 23 repetisi 230 lbs.
Kyle juga mendapat World Record di bangku bench press yg telah dimodifikasi di Arnold Fitness Classic dengan beban 360 lbs.
kyle muncul pada CNN, HBO, Spike TV, WAM, TV lokal dan regional dan media cetak, kisahnya telah menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh negeri dan di seluruh dunia.
Dia terus memberi inspirasi dengan bukunya, No Excuses (Agustus 2005).
Cerita Kyle terus menyebar ke layar lebar. Film tentang pengalaman hidupnya akan dibintang Jim Caviezel sebagai pelatih Kyle dan Kyle akan bermain sebagai dirinya sendiri.
Kyle memberikan sebagian besar penghargaan atas segala kemenangan dan pengalaman hidupnya untuk imannya kepada Tuhan, orang tuanya, Scott dan Anita, dan pelatihnya Cliff Ramos.
Hidupnya dipenuhi oleh banyak rintangan, tapi segala rintangan ini malah mendorongnya untuk tetap teguh..
Setelah bertemu Kyle, Anda akan merasa sulit untuk mengeluh tentang hambatan hidup dan segala masalah yang anda hadapi.
7. Hee Ah Lee
Hee Ah Lee dan ibunya, Woo
Kap Sun
Hee Ah Lee merupakan seorang pianis Korea Selatan yang menjadi perhatian
dunia dengan permainan pianaonya di tengah keterbatasan fisik yang dia miliki.
Lahir tahun 1985 dari seorang ibu bernama
Woo Kap Sun, seorang ibu yang mencintai anak perempuannya sepenuh hati, meski
dari sejak dalam kandungan dia mengetahui kalau anaknya akan lahir dengan
kecacatan.
Hee Ah Lee merupakan penderita Sindrom Down, dan dengan kedua tangan
yang hanya memiliki empat jari. Kelainan jemari tangan seperti ini disebut Lobster Claw Syndrome, berbentuk seperti capit
udang, tanpa telapak tangan.Dia juga terlahir dengan kaki hanya sebatas lutut
hingga tidak dapat menginjak pedal piano standar. Untuk itu, pedal sengaja
ditinggikan agar bisa diinjak oleh kakinya yang pendek.
Dengan kondisi serba terbatas itu, Hee Ah Lee
menyebutnya sebagai, "Special gift, anugerah spesial dari Tuhan." Ia
bisa memainkan Piano Concerto No 21 dari Mozart bersama orkes simfoni. Ia
mendapat sederet penghargaan atas keterampilan bermain piano dan membawanya
berkeliling dunia, termasuk bermain bersama pianis Richard Clayderman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat.
Hee Ah Lee melakukan konser piano tunggal di Balai Kartini, Jakarta pada tahun 2007.Konser tersebut
bagian dari program tur Hee Ah Lee ke beberapa negara di Asia Tenggara, dan
dalam penampilannya di Indonesia, Hee Ah Lee membawakan musik klasik
karya-karya komposer besar, seperti Chopin,Fraz Shcubert, Mozard, dan beberapa lagu pop
seperti My Heart Will Go On, Love Story serta My May.